Aldidud.

Open Your Mind!

Stats



Thanks for visited

Kalimat Efektif

No comments

KALIMAT EFEKTIF


Pengertian Kalimat

Kalimat adalah satuan bahasa berupa kata atau rangkaian kata yang dapat berdiri sendiri dan menyatakan makna yang lengkap. Kalimat adalah satuan bahasa terkecil yang mengungkapkan pikiran yang utuh, baik dengan cara lisan maupun tulisan. Dalam wujud lisan, kalimat diucapkan dengan suara naik turun, dan keras lembut, disela jeda, dan diakhiri dengan intonasi akhir. 
Sedangkan dalam wujud tulisan berhuruf latin, kalimat dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik (.) untuk menyatakan kalimat berita atau yang bersifat informatif, tanda tanya (?) untuk menyatakan pertanyaan dan tanda seru (!) untuk menyatakan kalimat perintah. Sekurang-kurangnya kalimat dalam ragam resmi, baik lisan maupun tertulis, harus memiliki sebuah subjek (S) dan sebuah predikat (P). Kalau tidak memiliki kedua unsur tersebut, pernyataan itu bukanlah kalimat melainkan hanya sebuah frasa. Itulah yang membedakan frasa dengan kalimat.

Tata Cara Penggunaan Kalimat Efektif

Kalimat efektif adalah kalimat yang mengungkapkan pikiran atau gagasan yang disampaikan sehingga dapat dipahami dan dimengerti oleh orang lain.
Kalimat efektif syarat-syarat sebagai berikut:

  1. Secara tepat mewakili pikiran pembicara atau penulisnya.
  2. Mengemukakan pemahaman yang sama tepatnya antara pikiran pendengar atau pembaca dengan yang dipikirkan pembaca atau penulisnya.

Ciri-Ciri Kalimat Efektif

1. Kesepadanan
Suatu kalimat efektif harus memenuhi unsur gramatikal yaitu unsur subjek (S), predikat (P), objek (O), keterangan (K). Di dalam kalimat efektif harus memiliki keseimbangan dalam pemakaian struktur bahasa.
Contoh:
Budi (S) pergi (P) ke kampus (KT).
Tidak Menjamakkan Subjek
Contoh:
Tomi pergi ke kampus, kemudian Tomi pergi ke perpustakaan (tidak efektif)
Tomi pergi ke kampus, kemudian ke perpustakaan (efektif)

2. Kecermatan Dalam Pemilihan dan Penggunaan Kata
Dalam membuat kalimat efektif jangan sampai menjadi kalimat yang ambigu (menimbulkan tafsiran ganda).
Contoh:
Mahasiswa perguruan tinggi yang terkenal itu mendapatkan hadiah (ambigu dan tidak efektif).
Mahasiswa yang kuliah di perguruan tinggi yang terkenal itu mendapatkan hadiah (efektif).

3. Kehematan
Kehematan dalam kalimat efektif maksudnya adalah hemat dalam mempergunakan kata, frasa, atau bentuk lain yang dianggap tidak perlu, tetapi tidak menyalahi kaidah tata bahasa. Hal ini dikarenakan, penggunaan kata yang berlebih akan mengaburkan maksud kalimat. Untuk itu, ada beberapa kriteria yang perlu diperhatikan untuk dapat melakukan penghematan, yaitu:
a. Menghilangkan pengulangan subjek.
b. Menghindarkan pemakaian superordinat pada hiponimi kata.
c. Menghindarkan kesinoniman dalam satu kalimat.
d. Tidak menjamakkan kata-kata yang berbentuk jamak.
Contoh:
Karena ia tidak diajak, dia tidak ikut belajar bersama di rumahku. (tidak efektif)
Karena tidak diajak, dia tidak ikut belajar bersama di rumahku. (efektif)
Dia sudah menunggumu sejak dari pagi. (tidak efektif)
Dia sudah menunggumu sejak pagi. (efektif)

4. Kelogisan
Kelogisan ialah bahwa ide kalimat itu dapat dengan mudah dipahami dan penulisannya sesuai dengan ejaan yang berlaku. Hubungan unsur-unsur dalam kalimat harus memiliki hubungan yang logis/masuk akal.
Contoh:
Untuk mempersingkat waktu, kami teruskan acara ini. (tidak efektif)
Untuk menghemat waktu, kami teruskan acara ini. (efektif)

5. Kesatuan atau Kepaduan
Kesatuan atau kepaduan di sini maksudnya adalah kepaduan pernyataan dalam kalimat itu, sehingga informasi yang disampaikannya tidak terpecah-pecah. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk menciptakan kepaduan kalimat, yaitu:
a. Kalimat yang padu tidak bertele-tele dan tidak mencerminkan cara berpikir yang tidak simetris.
b. Kalimat yang padu mempergunakan pola aspek + agen + verbal secara tertib dalam kalimat-kalimat yang berpredikat pasif persona.
c. Kalimat yang padu tidak perlu menyisipkan sebuah kata seperti daripada atau tentang antara predikat kata kerja dan objek penderita.
Contoh:
Kita harus dapat mengembalikan kepada kepribadian kita orang-orang kota yang telah terlanjurmeninggalkan rasa kemanusiaan itu. (tidak efektif)
Kita harus mengembalikan kepribadian orang-orang kota yang sudah meninggalkan rasa kemanusiaan. (efektif)
Makalah ini membahas tentang teknologi fiber optik. (tidak efektif)
Makalah ini membahas teknologi fiber optik. (efektif)

6. Keparalelan atau Kesajajaran
Keparalelan atau kesejajaran adalah kesamaan bentuk kata atau imbuhan yang digunakan dalam kalimat itu. Jika pertama menggunakan verba, bentuk kedua juga menggunakan verba. Jika kalimat pertama menggunakan kata kerja berimbuhan me-, maka kalimat berikutnya harus menggunakan kata kerja berimbuhan me- juga.
Contoh:
Kakak menolong anak itu dengan dipapahnya ke pinggir jalan. (tidak efektif)
Kakak menolong anak itu dengan memapahnya ke pinggir jalan. (efektif)
Anak itu ditolong kakak dengan dipapahnya ke pinggir jalan. (efektif)
Harga sembako dibekukan atau kenaikan secara luwes. (tidak efektif)
Harga sembako dibekukan atau dinaikkan secara luwes. (efektif)

7.Ketegasan
Ketegasan atau penekanan ialah suatu perlakuan penonjolan terhadap ide pokok dari kalimat. Untuk membentuk penekanan dalam suatu kalimat, ada beberapa cara, yaitu:
a. Meletakkan kata yang ditonjolkan itu di depan kalimat (di awal kalimat).
Contoh:
Harapan kami adalah agar soal ini dapat kita bicarakan lagi pada kesempatan lain.
Pada kesempatan lain, kami berharap kita dapat membicarakan lagi soal ini. (ketegasan)
Presiden mengharapkan agar rakyat membangun bangsa dan negara ini dengan kemampuan yang ada pada dirinya.
Harapan presiden ialah agar rakyat membangun bangsa dan negaranya. (ketegasan)

b. Membuat urutan kata yang bertahap.
Contoh:
Bukan seribu, sejuta, atau seratus, tetapi berjuta-juta rupiah, telah disumbangkan kepada anak-anak terlantar. (salah)
Bukan seratus, seribu, atau sejuta, tetapi berjuta-juta rupiah, telah disumbangkan kepada anak-anak terlantar. (benar)

c. Melakukan pengulangan kata (repetisi).
Contoh:
Cerita itu begitu menarik, cerita itu sangat mengharukan.

d. Melakukan pertentangan terhadap ide yang ditonjolkan.
Contoh:
Anak itu bodoh, tetapi pintar.

e. Mempergunakan partikel penekanan (penegasan), seperti: partikel –lah, -pun, dan –kah.
Contoh:
Dapatkah mereka mengerti maksud perkataanku?
Dialah yang harus bertanggung jawab dalam menyelesaikan tugas ini.

Kalimat efektif yang mengarah kepada fungsi, tujuan, topik pembicaraan dan apa yang ingin dibacarakan dinamakan kalimat efektif, maka dari itu untuk membuat kalimat efektif seperti itu perlunya tata cara penulisan atau aturan penulisan kalimat efektif dengan kaidah-kaidah yang benar dalam penulisan kalimat efektif, untuk mengetahuinya mari kita lihat aturan penulisan atau tata cara penuliasannya menurut kaida-kaidah penulisan kalimat efektif seperti dibawah ini.

Aturan Penulisan Kalimat Efektif

a. Kalimat efektif ditulis dengan kaidah yang benar, yaitu :

1). Kalimat harus memiliki subjek dan predikat. kelompok kata kemudian pergi tidur bukan kalimat efektif sebab kalimat itu tidak memiliki subjek; yang ada hanya predikat dan keterangan. Begitu juga kebun luas yang pernah digarapnya bertahun-tahun sampai ia beranak bercucubelum merupakan kalimat. rangkaian itu kata sebenarnya merupakan bagian dari sebuah kalimat. Meskipun terlihat panjang, kelompok kata itu hanya memiliki subjek

2). Tidak boleh hanya berupa klausa bawahan. Karena telah berhasil mengerjakan tugas dengan baik, atau bahwa dirinyalah yang dianggap paling mampu belum merupakan kalimat. Hal ini karena kelompok kata itu hanyalah klausa bawahan.

3). Pilihan katanya harus tepat. Kalimat ia memandang orang sakit di RSCM, bukan kalimat efektif. Hal ini karena pilihan kata yang digunakan tidak tepat. Seharusnya, kata yang digunakan adalah kata menjenguk, bukan memandang, menyaksikan, atau menonton . 


b. Pesan yang dikandung harus jelas. Kalimat yang panjang dapat mengaburkan pesan. 

Referensi:

No comments :

Post a Comment

Kata dan Pilihan Kata

No comments

KATA DAN PILIHAN KATA


Pengertian Kata dan Pilihan Kata

Kata secara sederhana adalah sekumpulan huruf yang mempunyai arti. dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia memiliki arti tersendiri, yaitu kata adalah unsur bahasa yang diucapkan atau dituliskan yang merupakan perwujudan kesatuan perasaan dan pikiran yang dapat digunakan dalam berbahasa. kata juga mengandung arti, sederetan huruf yang diapit dua spasi dan mempunyai arti.

Diksi adalah ketepatan pilihan kata untuk menyatakan sesuatu. Diksi atau pilihan kata pada dasarnya adalah hasil upaya memilih kata tertentu untuk dipakai dalam kalimat, alinea, atau wacana. Diksi atau pilihan kata merupakan satu unsur yang sangat penting, baik dalam dunia karang-mengarang maupun dalam dunia tutur setiap hari.

Pilihan kata atau Diksi adalah pemilihan kata – kata yang sesuai dengan apa yang hendak kita ungkapkan. Diksi  atau Plilihan kata mencakup pengertian kata – kata mana yang harus dipakai untuk mencapai suatu gagasan, bagaimana membentuk pengelompokan kata – kata yang tepat atau menggunakan ungkapan – ungkapan, dan gaya mana yang paling baik digunakan dalam suatu situasi.

Makna Kata

Makna adalah hubungan pertalian antara bentuk dan acuan. Contohnya kata rumah yang berarti tempat tinggal. Rangkaian bunyi r-u-m-a-h adalah bentuk suatu kata, sedangkan tempat tinggal adalah sesuatu yang diacu oleh bentuk kata tersebut.

A. MACAM-MACAM MAKNA

Secara umum, makna kata dibedakan menjadi:
1. Makna denotasi
Makna denotasi adalah makna yang sesuai dengan makna yang terdapat dalam kamus.
2. Makna konotasi
Makna konotasi adalah makna yang didasarkan atas perasaan tertentu atau nilai rasater tentu disamping makna dasar yang umum.
3. Makna leksikal
Makna leksikal adalah makna kata sebagai satuan bebas. Makna ini dapat disejajarkan dengan makna denotasi.
4. Makna gramatikal
Makna gramatikal adalah makna suatu satuan bahasa yang dimiliki melalui proses gramatikal.
5. Makna idiomatik
Makna idiomatik adalah makna yang terdapat pada kelompok kata tertentu yang tidak dapat ditelusuri asal-usul kemunculannya. Makna ini bersifatkiasan.
Contoh:

keras kepala, yang berarti susah diatur bukan berarti kepala yang keras.

Struktur Leksikal

Yang dimaksud struktur leksikal adalah bermacam-macam relasi semantik yang terdapat pada kata. Hubungan antarkata tersebut dapat berupa: sinonimi, polisemi, homonimi, hiponimi, dan antonimi. Kelima relasi makna tersebut dapat dikelompokkan atas:
relasi antara bentuk dan makna yang melibatkan sinonimi dan polisemi; (a) sinonimi: lebih dari satu bentuk bertalian denga satu makna. (b) polisemi: bentuk yang sama memiliki lebih dari satu makna.
relasi antara dua makna yang melibatkan hiponimi dan antonimi;

Polisemi

Seperti terlihat dalam contoh yang lalu, satu kata mungkin mempunyai arti lebih dari satu. Di antara arti-arti itu masih ada hubungan, meskipun hanya sedikit atau hanya bersifat kiasan. Kata angin misalnya dalam arti gramatikal masih dapat dicari hubungannya dengan yang bermakna leksikal. Kata-kata yang dapat memiliki bermacam-macam arti demikianlah yang disebut dengan polisemi. Poli berarti banyak, semi berarti tanda.
Dalam kamus Linguistik Harimurti Kridalaksana, kata polisemi dijelaskan sebagai memiliki makna pemakaian bentuk bahasa seperti kata, frase, dan sebagaina dengan makna yang berbeda-beda. Misalnya:
Sumber, yang berarti: 1) Sumur, 2) Asal, 3) Tempat sesuatu yang banyak;
Kambing hitam, yang berarti: 1) Kambing yang hitam, 2) Orang yang dipersalahkan.
Kata polisemi dalam bahasa Inggris adalah polysemy atau multiple meaning.
Polisemi merupakan perkembangan makna kata. Perubahan makna kata dapat terjadi dalam suatu bahasa atau dari satu bahasa ke bahasa yang lain. Dalam proses perubahan makna kata, makna asal ada yang masih tetap bertahan di samping makna baru ada pula yang hilang tidak dipergunakan lagi dalam pemakaian bahasa sehari-hari.

Homonimi

Apabila dalam polisemi kita berbicara mengenai satu kata yang mempunyai beberapa arti, maka dalam homonimi kita memperoleh kenyataan lain bahwa yang menyangkut dua kata atau lebih yang berlainan makna, tetapi mempunyai bentuk yang sama (homograf) atau mempunyai bunyi yang sama (homofon). Dalam polisemi kita hanya berhadapan dengan satu kata saja. Sedangkan dalam homonimi kita berhadapan dengan dua kata atau lebih.
Dalam homonimi seakan-akan kita berhadapan dengan satu kata yang mempunyai beberapa arti, tetapi arti yang satu dengan yang lain tidak mempunyai hubungan sama sekali. Dalam hal ini sebetulnya bukan satu kata melainkan beberapa kata (yang berlainan asal usulna) yang secara kebetulan mempunyai bentuk yang sama.

Contoh kata-kata yang berhomonim:
Bisa, ketoprak, beruang, mengerang, dan sebagainya.
Bisa, berarti: 1) dalam bahasa Jawa berarti sanggup atau dapat, 2) bahasa Melayu yang berarti racun.
Ketoprak, berarti: 1) dari Bahasa Jawa berarti sebangsa sandiwara dengan menari dan menyanyi disertai gamelan, 2) dari bahasa Jakarta berarti nama makanan terdiri dari tahu dan taoge, kecap dan sebagainya.
Beruang, berarti: 1) nama binatang buas, 2) mempunyai ruang (bentuk dasar ruang mendapatkan afiks –ber), 3) mempunyai uang (dari bentuk dasar uang mendapat afiks –ber).
Mengerang, berarti: 1) mengeluh, merintih karena kesakitan (dari kata erang mendapat afiks me-), 2) mencari kerang.

Kata homonimi berasal dari bahasa Yunani Kuno yakni onoma yang berarti nama dan homos yang berarti sama. Arti harfiahnya sama nama untuk benda lain. Dalam bahasa Indonesia kadang-kadang homonimi masih dapat dibedakan lagi atas homograf dan homofoni (homofon). Semua contoh tersebut adalah homonym yang bersifat homofon. Yaitu kata-kata yang mempunyai bunyi atau ucapan yang sama. Sedangkan kata-kata sedan (1), sedan (2), teras (1), dan teras (2), adalah kata-kata homonym yang bersifat homograf. Yaitu kata-kata yang sama tulisannya.

Sinonimi

Sinonimi atau lebih dikenal dengan istilah sinonim yaitu kata-kata yang bentuknya berbeda tetapi artinya sama. Kata sinonim berasal dari kata Yunani Kuno onoma yang berarti nama dan syn yang berarti dengan. Secara harfiah artinya adalahnama lain untuk benda yang sama.

Yang dimaksud sama dalam batasan ini tidak bersifat mutlak, sebab dalam pemakaian sehari-hari tidak ada dua kata yang benar-benar sama maknanya. Bahkan yang dikatakan sinonim itu mempunyai makna yang sama sekali berlainan.
Gorys Keraf membuat batasan sinonimi adalah suatu istilah yang dapat ditafsirkan sebagai:
1. Telaah mengenai bermacam-macam kata yang memiliki makna yang sama
2. Keadaan di mana dua kata memiliki makna yang sama
Sebaliknya sinonim adalah kata yang memiliki makna yang sama.
Dalam kamus Linguistik Harimurti Kridaklaksana dijelaskan bahwa sinonim yaitu bentuk bahasa yang maknanya mirip atau sama dengan bentuk lain; kesamaan itu berlaku bagi kata, kelompok kata, atau kalimat. Walaupun umumnya yang dianggap sinonim hanyalah kata-kata saja.

Bagaimana sinonim-sinonim itu terjadi?
1. Karena perkembangan sejarah, terutama melalui proses serapan. Pengenalan dengan bahasa asing mengakibatkan masuknya kata-kata baru yang sebenarnya sudah ada padanannya dalam bahasa sehari-hari. Seperti kitab dan buku.
2. Karena masuknya kata-kata daerah atau dialek-dialek yang berbeda. Seperti tali dan tambang, singkong dan ketela.
3. Karena perbedaan gaya atau register. Seperti mati dan meninggal, kuat dan perkasa, bagus dan elok.
4. Makna emotif (nilai rasa) dan evaluatif dapat pula menciptakan sinonim-sinonim. Makna denotatif atau juga disebut makna kognitif, makna ideasional, makna proposisional atau makna denotasional dari kata-kata itu tetap sama seperti: gadis, dara dan perawan. Opas, kuli dan budak. Ekonomis, hemat dan irit.

Di samping itu masih ada sinonim yang bersifat kolokasional yaitu ada kata-kata yang hanya muncul dalam hubungan dengan kata tertentu. Misalnya kata belia bersinonim dengan teruna, remaja dan muda, tetapi kata yang boleh diikutinya dan didahuluinya tidak sama.

Hiponimi

Antara sebuah kata dengan kata yang lain sering terdapat semacam relasi atas dan bawah, yang dalam ilmu bahasa disebut hiponimi. Karena ada tingkat atas dan bawah, maka kata yang berkedudukan sebagai kelas atas disebut superordinat dan dikelas bawah disebut hiponim. Contohnya bunga mawar, bunga dahlia, bunga kamboja, bunga melati. Mawar, dahlia, kamboja dan melati merupakan hiponim. Sedangkan Bunga adalah superordinatnya.

Dari Kamus Linguistik Harimurti Kridalaksana kita dapat memperoleh kejelasan bahwa hiponimi adalah hubungan dalam semantik antara makna spesifik dan makna generik. Makna generik yaitu unsur leksikal yang maknanya mencakup segolongan unsur.
Misalnya antara kucing, anjing, dan kambing di satu pihak dan hewan di pihak yang lainnya.  Kucing, anjing dan kambing disebut hiponim dari hewan; hewan disebut superordinat dari kucing, anjing dan kambing; kucing, anjing dan kambing disebut ko-hiponim.

Doblet

Ada kata-kata yang benar-benar sama asal usulnya dan dalam perkembangannya lalu ada yang berbeda bentuk maupun artinya. Jikalau sepatah kata timbul dan mempunyai dua varian, kemudian varian itu diberi arti yang berlainan, maka doblet ini bisa timbul.

Misalnya sajak dengan sanjak. Jabat dengan jawat. Negara dengan negeri dan sebagainya.


Referensi:
http://elishisa.blogspot.co.id/2015/11/tugas-2-kata-dan-pilihan-kata-23.html
http://syahrirmdn.blogspot.co.id/2015/11/ucapan-dan-ejaan-kata-dan-pilihan-kata.html

No comments :

Post a Comment

Ucapan dan Ejaan

No comments

UCAPAN DAN EJAAN

Ucapan

Bahasa Indonesia bagi sebagian besar penuturnya adalah bahasa kedua. Para penutur yang berbahasa Indonesia, bahasa Indonesia mereka terpengaruh oleh bahasa daerah yang telah mereka kuasai sebelumnya. Pengaruh itu dapat berkenaan dengan semua aspek ketatabahasaan. Pengaruh yang sangat jelas ialah dalam bidang ucapan. Pengaruh dalam ucapan itu sulit dihindarkan dan menjadi ciri yang membedakan ucapan penutur bahasa Indonesia dari daerah satu dengan daerah yang lain. Sering dengan mudah kita dapat menentukan daerah asal seorang penutur berdasarkan ucapan bahasa Indonesianya.

Mengapa dikatakan bahasa kedua ?

Penyebabnya tidak lain adalah budaya / bahasa bahasa daerah asal dari masing masing individu itu sendiri.Bahasa Indonesia yang mereka ucapan merupakan hasil dari percampuran Bahasa Indonesia dengan bahasa daerah mereka.Cara mengetahuinya adalah cara berbahasa(logat) orang tersebut berbicara dan biasanya terdapat beberapa kata yang bukan merupakan Bahasa Indonesia dalam ucapannya. Hal ini akan dibahas pada bagian Ejaan.

Ejaan

Secara sederhana , Ejaan sendiri dapat dikatakan sebagai Ucapan namun dalam bentuk tulisan. Dalam Bahasa Indonesia sendiri terdapat beberapa aturan dalam penulisan Ejaan. Berikut beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penulisan Ejaan dalam Bahasa Indonesia.

1. Penulisan Huruf Kapital


  • Digunakan untuk mengawali kalimat yang baru

Contohnya : Danau itu sangat ramai dikunjungi warga sekitar.

  • Digunakan untuk menulis yang berkaitan dengan nama Tuhan dan Kitab Suci

Contohnya : Segala sesuatu telah diatur oleh-Nya (Nya mewakilkan Tuhan).

  • Digunakan dalam penulisan nama orang , gelar , atau keagamaan

Contohnya : Agus Budi , Presiden Soekarno,  Sultan Ageng Tirtayasa

  • Digunakan dalam penulisan nama jabatan , Kota , Negara , Kabupaten , dsb

Contohnya : Presiden Republik Indonesia , Gubernur DKI Jakarta

  • Digunakan dalam penulisan nama lembaga

Contohnya : Universitas Gunadarma , Komisi Penyiaran Indonesia

  • Digunakan dalam penulisan nama orang yang diwakilkan dengan kata kata kekerabatan

Contohnya : Ayah , Ibu , Kakek , Nenek , Kakak , dsb

2. Penulisan Huruf Tebal


  • Digunakan dalam penulisan judul buku atau majalah

Contohnya : Pedoman Berbahasa Indonesia , 1001 Fakta Ilmu Psikologi

3. Penulisan Huruf Miring


  • Digunakan dalam penulisan kata kata ilmiah

Contohnya : “nama latin dari Gajah Asia adalah elephas maximus”.

4. Penulisan Partikel dan Awalan


  • Partikel dibagi menjadi 2 jenis yaitu yang dirangkaikan (kalimatnya digabungkan) atau tidak dirangkaikan (kalimatnya dipisah)
  • Untuk yang dirangkaikan terdapat beberapa awalan antara lain :
  • Antar- , Contoh : Antarpulau , Antarkota , Antarbangsa
  • Maha- , Contoh : Mahasiswa,MahaKuasa,Mahaguru
  • Adi-, Contoh : Adikuasa,Adidaya,Adibusana
  • Pra-, Contoh : Prasejarah,Prasejahtera,    dan sebagainya,


·         Untuk yang tidak dirangkaikan menggunakan awalan Maha- , namun kata sambungnya sudah merupakan kata bentukan dari kata dasar sebelumnya.
Contohnya : Maha Pemurah , Maha Pengasih , Maha Mengetahui.

5. Penulisan Bilangan

·         Untuk jumlah dalam kalimat percakapan , biasanya bilangan ditulis dengan huruf , namun untuk menyatakan jumlah pasti seperti harga barang biasanya bilangan ditulis dengan angka.
Contoh : “Ibu aku mau membeli lima butir permen” (dengan huruf)
                “Total belanjaan bulan ini sebesar Rp 1.500.000,-“ (dengan angka)
·         Untuk penulisan di dalam data atau grafik , bilangan wajib ditulis dengan angka. Apabila disertai dengan huruf biasanya dibatasi dengan tanda kurung.
Contoh : Rp 250.000,- (dua ratus lima puluh ribu rupiah)
·         Untuk penulisan waktu ditulis menggunakan angka dengan format jam.menit.detik , namun untuk detik jarang digunakan dan hanya digunakan pada beberapa materi.

6. Tanda Baca

Tanda titik ( . )

  • Digunakan untuk mengakhiri suatu kalimat.
  • Digunakan untuk pemisah gelar ( Contoh : S.H , S.E , S.Pd , dll)
  • Dalam beberapa artikel diketahui juga digunakan dalam daftar pustaka yang rujukannya menggunakan sistem rujukan tahun dan halaman.


Tanda koma ( , )

  • Digunakan sebagai jeda dalam pengucapan kalimat.
  • Digunakan untuk kata yang dihubungkan dengan kata tetapi atau namun ataupun melainkan (Contoh : Dia anak pintar,tetapi sangat angkuh)
  • Digunakan sebagai pemisah bermacam macam kata yang serupa maknanya dalam suatu kalimat (Contoh : Rotinya ada rasa coklat,vanilla,keju,dan mocca)
  • Digunakan sebagai pembatas antara kalimat artikel dengan kalimat langsung ( Contoh : Dudi berkata,”Ibu aku mau berangkat ke sekolah”).


Tanda titik koma ( ; )

  • Digunakan untuk memisahkan kalimat kalimat dalam suatu perincian
  • Dalam surat keputusan banyak digunakan untuk membatasi kalimat kalimat yang merupakan bagian dari konsideransi dan bagian dari isi putusan itu sendiri.


Tanda titik dua ( : )

  • Digunakan pada kalimat yang mengandung beberapa anggota atau bagian yang diwakilkan dengan kata “ misalnya :” , “contohnya :´, atau “sebagai berikut :”
  • Banyak digunakan dalam kalimat berbentuk formula seperti biodata , atau pada surat surat , atau keanggotaan organisasi

(contohnya :
Nama         :
Kelas          :
Jabatan      : )

Tanda petik ( “ ” )

  • Digunakan untuk menunjukkan suatu kalimat unik / kata khiasan yang memiliki arti lain dari kalimat sebenarnya (Contoh : Di dekat rumahku dibangun sekolah “luar biasa” , Hidupnya sebagai “kupu-kupu” malam telah berakhir)


Tanda strip/hubung ( - )

  • Digunakan pada kata yang berulang ulang
  • Digunakan sebagai pemisah tanggal-bulan-tahun
  • Digunakan sebagai penghubung kalimat dengan angka ( Contoh : Hari ini hari ulang tahunku ke-19)
  • Digunakan sebagai penghubung huruf capital ke huruf kecil (diluar hukum huruf capital pada awal kalimat) (Contoh : Hanya kepada-Nya lah kita patut menyembah)
  • Digunakan sebagai kalimat jangkauan atau sampai dengan pada jumlah (Contoh : Tugas minggu ini ada pada halaman 20 – 22 )

referensi:

No comments :

Post a Comment